Liem Biauw Tjwan dan Charles Bilal


Redaktur majalah Amanah menulis :”Jangankan mempelajari Islam atau Al-Quran, berfikir tentang hal itu pun tak pernah terlintas di benaknya.” Begitulah yang dialami Liem Biauw Tjwan. Bahkan menurut pengakuannya, waktu itu ia sangat benci terhadap kelakuan anak-anak santri yang pulang pergi mengaji melewati jalan di depan rumahnya secara tidak sopan. Mereka dianggapnya tidak tertib dan urakan. Maka ia pun semakin alergi terhadap Islam, dan tidak ingin medengar kata “Islam” itu lagi.

Pada suatu hari untuk menghilangkan kejengkelannya terhadap anak-anak tersebut. :iem cepat-cepat masuk rumah. Kemudian diambilnya Al-Kitab dari almari. Tanpa melihat daftar isi, Al-Kitab itu pun dibuka sekenanya. Apa yang dilihatnya?

Ternyata yang dibukanya adalah kitab Kejadian 3:8-10, yang berbunyi :

Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?”. Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”

Ayat diatas menceritakan Adam dan Hawa yang bersembunyi diantara semak belukar dalam taman setelah mereka berdua makan buah terlarang. Kemudian Tuhan mencari dan berteriak ”Diamanakah engkau?”

Nah pertanyaan inilah yang mengubah keimanan Liem Biauw Tjwan di kemudian hari. Sebab setelah berfikir secara seksama, logika dan iman tak mampu menangkap dan menerimanya. Adakah Tuhan tidak punya kuasa dalam KemahatahuanNya sehingga harus berteriak mencari dan memanggil Adam serta Hawa yang bersembunyi di taman?. Pikiran itu semakin hari semakin berkecamuk di dalam hati sanubarinya yang paling dalam. Hingga lama kelamaan imannya menjadi goyah. Ia meragukan keyakinan yang selama ini dipeganggnya dengan erat.

Kalau Tuhan benar-benar Maha Kuasa dan Maha Tahu, tentu tanpa teriak pun sudah bisa melihat di mana Adam dan Hawa berada. Konflik batin ini mencapai puncaknya di akhir tahun 1963 dan mengantarkannya memeluk Islam, padahal ia bercita-cita kuat ingin menjadi Pendeta dan demi cita-cita itulah, Liem Biaw Tjwan sangat tekun mempelajari Alkitab ….” (Amanah No. 177 – thn 1993, halaman 38)

Kurang lebih demikian pula yang dialami Charles Bilal. Charles Bilal, seorang walikota pertama, yang beragama Islam di Amerika Serikat; yakni Walikota Kountze, sebuah kota yang terletak sekitar 160 km dari Houston, di negara bagian Texas.

Charles Bilal memeluk Islam pada awal tahun 1970; ketika ditanyakan kepadanya :“apa alasan yang mendorongnya memeluk Islam?’ ia berkata :“ Alasannya sederhana. Saya sedang mencari kebenaran terhadap beberapa pertanyaan yang tak terjawab dalam agama Kristen. Ya, saya dibesarkan dalam lingkungan agama Kristen. Keluarga saya mengajarkan kapada saya untuk menyembah Yesus sebagai Tuhan dan penyelamat dunia. Mereka mengatakan, Yesus telah wafat demi menebus dosaku dan satu-satunya jalan untuk masuk surga, hanyalah melalui Yesus

Kendati keyakinan mengenai Yesus diajarkan begitu keras, saya menyaksikan gambar apa yang disebut Yesus, yang rupanya seperti orang tahun 1933 yang sedang menyeret seorang berkulit hitam di jalan kota Kountze, Texas. Orang yang bertampang seperti Yesus itu menyiramkan ter dan bulu-bulu ke tubuh orang hitam tersebut, lalu membakarnya dan memandangnya dengan pandangan keibuan.

Hari minggu Ester yang disebut sebagai kebangkitan kembali Yesus, diperingati dengan kebohongan, dimana kelinci menelurkan telur berwarna-warni, padahal ayam saja tidak mungkin menghasilkan telur warna-warni. Hari Natal 25 Desember adalah hari yang paling populer di Amerika, yang diakatakan sebagai hari kelahiran Yesus, padahal tidak ada bukti-bukti yang menguatkannya. “Akhirnya saya menemukan kebenaran Tuhan di dalam Islam“ di awal tahun 1970; Allah tidak mempunyai permulaan dan Dia sudah ada sebelum yang lain. Segala puji hanyi bagi Allah“

Pos ini dipublikasikan di MUALLAF. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar